Selasa, 06 Desember 2016

Pengalaman Daftar dan Selama Kuliah di Universitas Gunadarma

Assalammualaikum
Salam kenal teman-teman ^^
Ini adalah suatu pengalaman yang saya miliki selama saya menempuh pendidikan di Universitas Gunadarma.
Pertama saya akan berbagi kisah kenapa masuk di Universitas Gunadarma. Saya sekolah bukan di Jakarta atau Bekasi. Pertama saya mendaftar SNMPTN di Universitas Negeri dimana saya berasal di daerah Kalimantan, saat pengumuman kelulusan diterima dan keluarga saya yang berada di Jakarta, menyuruh untuk pindah ke Jakarta dan mengikuti kuliah di Jakarta saja.
Saya yang sudah terlanjur mendaftar dan diterima di salah satu jurusan di Universitas Negeri mendadak bingung dan membatalkan apa yang sudah direncanakan
Saya lahir di Kalimantan, tetapi orang tua saya bekerja di Jakarta, saya tinggal di Kalimantan dengan nenek dan tante. Saya sering bolak balik Jakarta saat liburan, tetapi saya tidak ada alasan untuk ikut pindah ke Jakarta karena saya sangat menyayangi teman-teman di Kalimantan.
Saat ayah saya mengatakan bahwa ia ingin anaknya pindah dan kuliah di Jakarta serta melanjutkan hidup bersama-sama keluarga di satu atap, saya menyetujuinya dan mengurus kepindahan secepat mungkin.
Saat pindah ke Jakarta, saya menyadari bahwa saya meninggalkan teman-teman dan jurusan yang saya inginkan yaitu MIPA. Saat itu kampus-kampus di Jakarta sudah memulai orientasi siswa, oleh karena itu saya tidak bisa mendaftar dan menunggu jalur khusus. Saat mendaftar di Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB-UI) orang tua saya melarang melanjutkan studi, dan menyuruh untuk mengikuti tes yang ada di UNJ jurusan ekonomi. Saya mengikutinya kemudian berhasil masuk, tapi saya tidak merasa itu adalah jurusan yang saya minati dan saya kesulitan dalam proses menghitung. Saya jujur pada ayah dan dia mengijinkan saya untuk mendaftar di kampus Universitas Gunadarma yang terkenal dengan akreditasinya dan mengijinkan saya memilih jurusan yang saya inginkan. Untuk pilihan pertama saya memilih jurusan Psikologi dan pilihan kedua Sistem Informasi.
Saya mengikuti pendaftaran online yang disediakan dengan membayar uang pendaftaran di BANK yang ditunjuk. Pendaftaran berjalan lancar, tapi tersendat di nomor pendaftaran yang seharusnya saya dapatkan. Keesokan harinya saya berangkat langsung ke Kampus Universitas Gunadarma di Kalimalang, karena rumah saya di Jakarta Timur saya mengambil kampus yang ada di Kalimalang. Saat di kampus, saya langsung mendaftar di ruang pendaftaran dan langsung mendapatkan respon yang baik.
Saat pengumuman diberitahukan saya berhasil pada keduanya dan mendapat nilai A, saya diminta memillih satu, dan saya memilih jurusan Psikologi.
Perjuangan saya mencari jurusan yang tepat cukup berat. Saya berusaha memulai lembaran baru di Universitas Gunadarma.

Memasuki hari pertama kuliah, saya bertemu dengan muka-muka baru. Saya merasa gugup dan merasa malu. Melihat keadaan sekitar, saya berusaha memulai obrolan dengan orang sekitar.

Semester 1 saya mengenal hampir satu angkatan dan banyak bertegur sapa dengan anak jurusan lain yang bertemu di kursi PPSPPT. Mungkin bisa dibilang SKSD, tapi kalo kita mau ditegur oleh orang lain, tegurlah orang itu terlebih dahulu. Alhamdulillah IPK tepat berada di angka 3.

Semester 2 saya mengenal yang mana teman dan yang mana hanya teman di bidang kuliah. Saya
tetap melanjutkan kuliah dengan semangat dan memperbanyak teman. Alhamdulillah IPK naik menjadi 3.2.

Semester 3, kelas dirandom, saya bersama 11 orang teman di kelas lama menjadi teman satu kelas kembali, saya juga mendapatkan teman-teman baru tetapi sebagian besar teman di kelas baru adalah teman-teman saya yang dulu berbeda kelas.

Semester 4, saya mengerti bahwa pertemanan datang dan pergi. Mulai fokus kuliah dan melanjutkan perjuangan yang sudah ada dengan benar. Alhamdulillah IPK menjadi 3.3.

Semester 5 saya mendapat musibah, dan terpaksa mengambil cuti kuliah.

Memasuki semester 6, semester ini yang yang menurut saya benar benar untuk belajar, semester 6 mulai bertemu dengan dosen pembimbing untuk melakukan penulisan ilmiah. Tugas datang silih berganti dan laporan terus-terusan menumpuk. Penulisan Ilmiah saya mandet dan tidak berjalan lancar. Karena semester 5 saya mengambil cuti, IPK tidak berubah dan IPK saya turun karena Penulisan Ilmiah tidak selesai tepat waktu menjadi 3.18.

Semester 7, saya melanjutkan Penulisan Ilmiah dengan dosen pembimbing saya dan mengikuti mata kuliah dengan benar walaupun kurang banyaknya keteteran dan tugas datang bertubi-tubi, waktu membuat laporan dan revisi berkurang saking banyaknya laporan yang harus dikerjakan, dan tidak lupa membagi kuisioner sesuai mata kuliah yang dikerjakan.

Sekarang saya fokus menyelesaikan Penulisan Ilmiah. Saya tidak mendapatkan SK Skripsi karena SKS saya kurang 3 mata kuliah dan bisa mengambil skripsi di semester 8. Saya juga harus menaikkan niat belajar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Motto saya walaupun tertinggal beberapa langkah di belakang, jangan lupa untuk lari mengejar.

Sekian sedikit cerita yang bisa saya bagi. Semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk terus mengejar apa yang ingin kalian dapatkan teman-teman.
Terima kasih. Wassalammualaikum ^^

Selasa, 08 November 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (Tugas 2)

Gangguan kepribadian Paranoid (Paranoid Personality Disorder)

 

Contoh kasus :

Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai seorang pekerja sosial untul menetukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya dan istrinya yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60 tahun, dan tampak bahwa istrinya merupakan satu-satunya orang yang benar-benar ia percaya. Dia selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi pada siapapun kecuali pada istrinya, yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga dengan mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia selalu melibatkan dirinya dalam “pekerjaan yang berguna” untuk mengisi waktunya, bahkan selama 20tahun masa pensiunnya. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya, yang membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang. (Diadaptasi dari Spitzer dkk,1994, hal. 211-213).


Penanggulangan :

Perawatan untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah, membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si penderita.
Medikasi atau pengobatan untuk gangguan kepribadian paranoid secara umum tidaklah mendukung, kecenderungan yang timbul biasanya adalah meningkatnya rasa curiga dari pasien yang pada akhirnya melakukan penarikan diri dari terapi yang telah dijalani.
Para ahli menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada kondisi spesifik dari gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi, dimana perasaan tersebut yang menjadi masalah utama perusak fungsi normal mental penderita. namun untuk penanggulangan secara cepat terhadap penderita yang membutuhkan penanganan gawat darurat maka penggunaan obat sangatlah membantu, seperti ketika penderita mulai kehilangan kendali dirinya seperti mengamuk dan menyerang ornag lain.

Psikoterapi merupakan perawatan yang paling menjanjikan bagi para penderita gangguan kepribadian paranoid. Orang-orang yang menderita penyakit ini memiliki masalah mendasar yang membutuhkan terapi intensif. Hubungan yang baik antara terapis dengan klien kunci kesembuhan klien. Walau masih sangat sulit untuk membangun suatu hubungan yang baik dikarenakan suatu keragu-raguan yang timbul serta kecurigaan dari diri klien terhadap terapis.
Walau penderita gangguan kepribadian paranoid biasanya memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan perawatan, namun sering kali juga mereka sendiri juga lah yang menghentikan proses penyembuhan secara prematur ditengah jalan.
Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan perhatian yang lebih, namun kemungkinan akan tetap rumit untuk dapat mengarahkan klien walaupun tahap membangun rasa kepercayaan telah terselesaikan. Kemungkinan jangka panjang untuk penderita gangguan kepribadian paranoid bersifat kurang baik, kebanyakan yang terjadi terhadap penderita dikemudian hari adalah menetapnya sifat yang sudah ada sepanjang hidup mereka, namun dengan penanganan yang efektif serta bersifat konsisten maka kesembuhan bagi penderita jelas masih terbuka.
Metode pengembangan diri secara berkelompok dapat dilakukan kepada penderita walau memiliki kesulitan saat pelaksanaannya. Kecurigaan tingkat tinggi dan rasa tidak percaya pada penderita akan membuat kehadiran kelompok pendukung menjadi tidak berguna atau bahkan lebih parahnya dapat bersifat merusak bagi diri penderita.


Sumber :

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarata : Erlangga

Rabu, 12 Oktober 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

1. PENGERTIAN SISTEM
Menurut Gaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu, menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Sedangkan menurut Poerwadarminta (2003) sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang berupa alat dan lain sebagainya, yang bekerja sama untuk melaksanakan tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian beberapa tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang menyatu secara kompleks dan rapi untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.
 
2. PENGERTIAN INFORMASI
Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang berguna untuk para pengambil keputusan.
Menurut Alamsyah (2005) informasi adalah data yang telah diolah dengan cara tertentu sesuai dengan bentuk yang diperlukan.
Selain itu, menurut Bodnar & Hopwood (2000) informasi merupakan data yang diolah sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan dasar dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat dan benar.
Begitu pula menurut Sutabri (2012) informasi adalah data yang diolah dan diinterpretasikan untuk mengambil sebuah keputusan.
Berdasarkan pengertian menurut tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang diolah dengan cara tertentu lalu diinterpretasikan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
 
3. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut Muhibbinsyah (2001) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Clifford T. Morgan (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
Sedangkan Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku terbuka dan tertutup manusia baik secara individu maupun kelompok.
 
4. SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
            Berdasarkan pengertian istilah-istilah diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat kombinasi dari manusia dan teknologi yang dimaksudkan mengolah data mengenai perilaku manusia sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
 
 
Sumber :
Alamsyah, Z. (2005). Manajemen sistem informasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2000). Sistem informasi akutansi, terjemahan Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan. Jakarta : Salemba Empat
Gaol, J.L. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta : PT Gramedia
Jogiyanto. (2005). Analisis dan desain sistem informasi.Yogyakarta : Penerbit Andi
Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus umum bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
 

Jumat, 27 Mei 2016

SOFTSKILL - Terapi Kelompok

ANGGOTA KELOMPOK

1.      Liya Sari Asri Wiyanto                                  15513018
2.      Mutiara Frasiska                                            16513235
3.      R .RR. Andina Ajeng Ranaputri                    17513071
4.     Saskia Nauval                                                18513289

TERAPI KELOMPOK

A.    Evolusi Metode Kelompok
1.      Awal 1900, Joseph Pratt melakukan kunjungan rumah dan mengadakan pertemuan antar penderita TBC.
2.      Tahun 1910, Jacob Moreno (Psikiater austrie) mengunakan teknik teater seperti role playing, untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien, dengan membawa problemnya pada setting kelompok.
3.      Tahun 1925, Moreno pindah ke USA dan mengenalkan teknik “Psikodrama”.
4.      Tahun 1930 institut Tavistovk di londong dengan dasar teori psikoanalisanya Melani Klien mengembangkan proses kelompok dalam membantu memecahkan problematika.
5.      Pada tahun 1930 , Samuel Slavson juga melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls, dan pola perilaku.
6.      Tahun 1931, Moreno mengenalkan istilah “terapi kelompok”.
7.      Tahun 1943, Slavson mengorganisaskan Asosiasi Terapi Kelompok America.
8.      Tahun 1964, Slavson menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan.

B.     Terapi Kelompok
1.      Pengertian Terapi Kelompok
Menurut Margaret E. Hartford terapi kelompok adalah metode pekerjaan sosial dengan nama pengalaman-pengalaman kelompok yang digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium praktik utama yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial, pertumbuhan atau perubahan anggota-anggota kelompok.
Menurut Harleigh B. Trecker terapi kelompok adalah suatu metode khusus yang memberikan kesempatan-kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan.
Sedangkan  Menurut Grace L. Coyle terapi kelompok memungkinkan berbagai jenis kelompok berfungsi sedemikian rupa, sehingga interaksi kelompok dan kegiatan-kegiatan program memberikan kontribusi pada pertumbuhan individu-individu  dalam pencapaian tujuan-tujuan social yang diinginkan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok adalah suatu metode praktik yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian mengenai pekerjaan sosial, pendidikan  atau pencapaian-pencapaian sosial lainnya.

C.    Konsep Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakn suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak,  dapat mendiskusikan masalah secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.

D.    Unsur-Unsur Terapi Kelompok
1.      Munculnya Gangguan
Psikoterapi kelompok menggunakan kekuatan terapeutik di dalam kelompok, interaksi konstruktif antara anggota dan intervensi dari pemimpin terlatih untuk mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaaan maladaptif dari seseorang yang secara emosional mengalami distress. Pada era yang secara finansial sangat ketat, terjadi penurunan titik berat pada psikoterapi individual dan penggunaan yang meluas pada pendekatan psikofarmakologis. Semakin banyak pasien yang dirawat dengan psikoterapi kelompok dibandingkan dengan bentuk verbal terapi lainnya.
2.      Tujuan Terapis
Menururt Hartforcd dan Alissi,  metode terapi kelompok digunakan untuk memellhara atau memperbaiki keberfungsian personal dan sosial para anggota kelompok dan beragam tujuan, yakni :
a.       Tujuan korektif
b.      Tujuan preventif
c.       Tujuan pertumbuhan sosial norma
d.      Tujuan peningkatan personal
e.        Tujuan peningkatan partisipasi dari tanggung jawab masyarakat.
Menururt Gisela Konofka, tujuan terapi kelompok adalah individualisasi, rasa memiliki (sense of belong), mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi, meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribus pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok, meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang lain, dan  mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh penerimaan.

E.     Jenis-jenis terapi kelompok
1.      Terapi Kelompok Psikoanalisa
a)      Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b)      Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok.
c)      Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu.
d)     Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight, meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e)      Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok dibedakan atas :
1)      Kelompok aksi (action group) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2)      Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu.
3)      Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.

2.      Psikodrama / Roleplay
a)      Dibuat oleh Jacob Moreno (1920), bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b)      Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c)      Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d)     Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.

3.      Analisis Transaksional
a)      Dikemukakan oleh Eric Berne (1950). Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b)      Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).

4.      Terapi Perilaku Berkelompok
a)      Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b)      Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok yaitu  systematic desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion training groups (anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).

5.      T-Group / Sensitivity Training Group
a)      Ditujukan untuk individu normal.
b)      Kelompok terdiri dari 10-15 individu.
c)      Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d)     Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman.

6.      Encounter Groups
a)      Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan.
b)      Pandangan perasaan bahagia, merasa diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama.
c)      Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. Contoh Marriage Encounte.

F.     Jenis dan Tujuan kelompok
Menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993), jenis dan tujuan kelompok adalah :
1.      Kelompok terapeutik
Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi, meningkatkan kualitas kelompok dengan anggota saling bantu dalam menyelesaikan masalah.


2.      Terapi kelompok
Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan
3.      Terapi aktivitas kelompok
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti menyanyi. Saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi perasaan secara nonverbal.
a)      Tujuan terapi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.
b)      Peran Terapis adalah terapis membantu, mendorong pasien secara aktif agar mencapai tujuan-tujuan dari terapi kelompok.
c)      Teknik-Teknik Terapi
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
1)      Teknik yang melibatkan para anggota.
2)      Teknik yang melibatkan pemimpin.
3)      Menggunakan babak-babak terapeutik.
4)      Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota.
5)      Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung.
6)      Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi.

G.    Karakteristik Terapi Kelompok
1.      Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis. Panjang sesi adalah 90-120 menit.
2.      Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat.
3.      Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll).
4.      Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan).

H.    Kelebihan Terapi Kelompok
1.      Individu dilihat secara pribadi dan dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga anggota menjadi lebih peka terhadap lingkungan.
2.      Anggota dapat melihat adanya masalah yang serupa di sekitar dirinya, sehingga memunculkan pemikiran "You are not alone".
3.      Adanya penerimaan dan dukungan kelompok yang pada awalnya diperlukan perasaan "kami". Anggota dapat melihat dan meniru anggota lain yang sukses dalam mengatasi masalah.
4.      Ada kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari kelompok dan ada kesempatan untuk saling membantu antar-anggota, bukan hanya dari terapis
5.      Dengan adanya berbagai macam pribadi, kepekaan pikiran dan perasaan makin terasah. Pengalaman sebagai satu keluarga dapat memperbaiki perilaku. Kesuksesan anggota menjadi harapan bagi anggota lain untuk mencapai perubahan.
Kondisi klien terapi kelompok yang tidak di rekomendasikan yaitu :
a)      Klien dalam keadaan kritis.
b)      Takut bicara pada kelompok.
c)      Sangat tidk efektif dalam keterampilan sosialisasi (pemalu,agrsif, dll).
d)     Bila konfidensial adalah hal penting.



I.       Kekurangan Terapi Kelompok
1.   Tidak semua klien cocok seperti tertutup, masalah verbal, interaksi.
2.   Peran terapis menyebar seperti menangani banyak orang sekaligus.
3.   Sulit menumbuhkan kepercayaan kurang personal.
4.   Klien sangat tergantung dan berharap terlalu banyak pada kelompok.
5.   Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih.
6.   Membutuhkan terapis terlatih.

Contoh Kasus
Untuk menganalisa pengaruh tindakan keperawatan terapi kelompok suportif terhadap Kelompok, reponden kelompok kontrol diambil dari klien DM yang dirawat inap di Bangsal. Kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. Sedangkan perlakuan yang didapatkan klien adalah tindakan keperawatan terapi kelompok suportif sebanyak empat sesi. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner skala novaco dari novaco, Fauziah dan Putri dengan modifikasi peneliti. Responden diseleksi dengan menggunakan kuesioner tersebut dan bila memiliki nilai total <15 maka individu memenuhi criteria untuk menjadi responden yaitu dengan skala marah sedang. Kriteria yang lain adalah Usia dewasa (18 – 55 tahun) yang mampu mengisi data-data yang diberikan, bisa membaca dan menulis, klien yang sudah dirawat selama 2 minggu di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diagnosa keperawatan perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan), jenis obat yang di minum pasien yaitu CPZ, HP dan THP (berdasarkan catatan keperawatan), klien yang sudah mendapatkan TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan). Klien yang mengalami tingkat kemarahan sedang berdasarkan hasil screening emosi marah. Analisis statistik yang dipergunakan yaitu univariat dan bivariat dengan analisis korelasi pearson dan dependent-sample t-test serta Anova dengan tampilan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

Hasil dari contoh kasus
Hasil pada penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 29,33 tahun dan frekuensi dirawat adalah selama 2,6 kali. 57, 1% responden berjenis kelamin laki-laki, 16,9% bekerja sebagai buruh, 50% berpendidikan menengah (SMP), dan 54,8% responden berstatus tidak kawin. Uji karakteristik responden menunjukkan bahwa pada 5% tidak ada perbedaan yang signifikan karakteristik responden. Tabel 1 nilai pre test kemampuan kognitif sebesar 18,93, untuk nilai kemampuan perilaku sebesar 51,90, sedangkan untuk nilai kemampuan sosial sebesar 22,83. Setelah dilakukan terapi kelompok supportif kemampuan mengatasi perilaku kekerasan mengalami peningkatan skor perbedaan dilihat setelah diberikan terapi suportif dengan kemampuan kognitif, kemampuan perilaku dan kemampuan sosial peningkatan dengan nilai pada 5% (p value > 0,000) pada tabel 4 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan mengatasi perilaku kekerasan dengan permberian terapi kelompok suportif.
Hasil screening menunjukkan bahwa kebanyakan klien berada pada tingkat emosi sedang dan beberapa yang mengalami emosi kurang dan buruk dilaporkan kebagian keperawatan untuk ditindaklanjuti. Kondisi ini perlu ditangani, salah satunya dengan memberikan terapi kelompok suportif bagi klien perilaku kekerasan. Pemberian terapi kelompok suportif berdampak respon perilaku yang cukup besar. Terapi kelompok suportif merupakan salah satu jenis terapi kelompok untuk merubah perilaku, perubahan perilaku dilatih melalui tahapan-tahapan tertentu sehingga perubahan perilaku yang diharapkan akan lebih mudah dilakukan klien. Gambaran perilaku yang akan dipelajari, memperlajari perilaku baru melalui petunjuk dan demonstrasi, role play yaitu mempraktekkan perilaku baru dengan memberikan umpan balik dan mengaplikasikan perilaku baru dalam situasi nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Harsen (1997) menyatakan bahwa perubahan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan teknik asertif.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemberian terapi generalis dan terapi kelompok suportif menurunkan respon perilaku lebih besar daripada hanya dengan terapi generalis saja.





Daftar Pustaka

Ahmad, T. (2011, 06 20). Makalah Terapi Kelompok. Dipetik 05 20, 2014, dari Katulumbu: http://katumbu.blogspot.com/2012/06/makalah-terapi-kelompok.html
Hapsah., Hamid, A., & Susanti, H. (2011). Peningkatan Generatvitas Melalui Terapi Kelompok pada Perempuan Paruh Baya. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Hartford, M.E.coyle, G.L.(2009) Social process in the community and the group: significant areas of content in a social work curriculum.cornell university: council on social work education
Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
Semiun,yustinus.(2006) kesehatan mental 3.yogyakarta: kanisius
Trecker,H.B.(2008) Social work administration.university of California: association press.
.http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/38/jbptunpaspp-gdl-edisuharto-1871-2-pekerjaa-2.pdf

https://www.academia.edu/8815830/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK

Senin, 13 Juli 2015

Tugas Softskill (Kesehatan Mental) - Review Film "PEACOCK" dan Teori



 REVIEW FILM PEACOCK

Peacock adalah sebuah kota, dimana tinggal John Skillpa(Cillian Murphy) seorang pegawai bank yang punya masalah psikologis akibat kekerasan yang dialaminya di masa kecil. Perilakunya sedemikian aneh sehingga tidak perlu jenius men-judge John adalah psychotic, tapi masyarakat Peacock seolah tidak menyadari hal ini dan menganggap John senormal matahari yang terbit dari arah timur. John tinggal sendirian dirumahnya yang seolah hanya pernah dikunjungi oleh dirinya sendiri. Disinilah ia menyimpan rahasianya, bahwa sejak kematian ibunya, ia memiliki alter-ego, seorang wanita bernama Emma(Cillian Murphy pake wig, lipstik, dress) yang bertindak sebagai “istri” John.

Konflik dimulai ketika terjadi kecelakaan kereta di halaman belakang rumah Skillpa. Ketika itu Emma sedang muncul sebagai personaliti yang dominan dan kecelakaan tersebut membuatnya muncul didepan publik Peacock. Emma yang sedang menjemur pakaian untungnya tidak terluka. Tapi hal itu membuat penduduk kota menyadari keberadaan Emma. Mau gak mau dia harus banyak bersosialisasi.  Emma yang lebih kalem dan stabil dibandingkan John kemudian bertemu dengan Fanny Crill(Susan Sarandon) dan Ray Crill(Keith Carradine). Mereka ingin menggunakan insiden ini untuk kepentingan politik, Emma menerimanya, sedangkan si pribadi yang satu lagi, John, menolak. 

Dari sini mulai muncul pertanyaan, mengapa dari sekian banyak warga, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa Emma dan John adalah orang yang sama? Bahkan ditambah dengan kenyataan bahwa jelas-jelas Emma dan John tidak pernah muncul bersamaan.  Memang akting Cillian Murphy benar-benar mempesona sebagai dua personaliti yang bertolak, tapi penonton tau bahwa sebenarnya Emma dan John adalah orang yang sama, sehingga tidak aneh kalo hal ini menjadi pertanyaan yang muncul pertama kali di benak mereka. Seharusnya Michael Lander sebagai sutradara dan penulis naskah lebih memperhatikan hal ini. Peacock bukan film fantasi yang mendorong penonton untuk sedikit mengesampingkan logika, ini film yang seharusnya realistik. Tidaklah adil menyuruh penonton untuk berpurapura tidak melihat apa yang mereka lihat, menganggap apa yang terjadi itu wajar. Mungkin akan lebih fair jika mungkin ada warga yang curiga terhadap keanehan ‘keluarga’ Skillpa, ketika hal ini sekaligus dapat memperdalam konflik dalam diri John maupun Emma.

Kemudian datang Maggie(Ellen Page), dan anaknya Jake yang ternyata adalah anak dari John. Ya, mereka memiliki affair di masa lalu. Hubungan mereka tidak pernah diketahui karena Maggie selama ini hilang dari hidup John. Maggie tinggal bersama Jake dan hidup lewat uang yang dikirimkan oleh ibu John. Karena sang ibu kini telah meninggal, Maggie datang kepada John, meminta uang untuk biaya anaknya. Ia bertemu dengan Emma yang ternyata tidak tahu tentang hal ini. Emma dan John kemudian saling bertentangan, Emma ingin Maggie bekerja dan memiliki hidup yang lebih pantas di Peacock sedangkan John ingin Maggie pergi jauh dari hidupnya.

Muncul pertanyaan lagi, apa motivasi dibalik tindakan-tindakan yang mereka lakukan? Mengapa tiba-tiba mereka saling bertentangan, bahkan pada akhirnya mereka saling berebut untuk menjadi kepribadian yg dominan? Penonton dibuat tertarik, penasaran, dan memperhatikan detil-detil cerita hingga akhir. Tetapi ending film ini tidak juga menjelaskan apa yang terjadi sehingga penonton bebas menjawab pertanyaannya.

TEORI FILM PEACOCK :
 
Menurut Teori Psikoanalisa oleh Sigmund Freud, trauma pada masa kanak-kanak adalah kejadian paling berpeluang mengakibatkan gangguan kepribadian seseorang. Pada masa kanak-kanak itulah kepribadian mulai berkembang dan terbentuk. Saat terjadi pengalaman buruk, pengalaman-pengalaman tersebut sebisa mungkin akan di tekan (repress) ke dalam alam bawah sadar. 

Namun ada beberapa kejadian yang benar-benar tidak bisa ditangani oleh penderita, sehingga memaksanya untuk menciptakan sosok pribadi lainnya yang mampu menghadapi situasi itu. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan diri, suatu sistem yang terbentuk saat seseorang tidak bisa menghadapi sebuah kecemasan yang luar biasa.

Kepribadian-kepribadian baru akan terus muncul apabila terjadi lagi suatu peristiwa yang tidak bisa teratasi. Munculnya kepribadian-kepribadian itu tergantung pada situasi yang dihadapi. Kepribadian aslinya cenderung tidak mengetahui keberadaan kepribadian lainnya, karena memang hal itu yang diinginkan, yaitu melupakan hal-hal yang telah diambil alih oleh kepribadian lainnya

Gangguan disosiatif pada umumnya mengacu pada gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain , karena ia memiliki kepribadian ganda. Seseorang yang tinggal dengan fenomena gangguan disosiatif ditemukan di Merak film .

Hasil dari tesis menunjukkan bahwa karakter utama dari film , John Skillpa menderita gangguan mental . 

Jenis gangguan mental yang diderita oleh John Skillpa adalah gangguan disosiatif.
Gangguan disosiatif dapat dikategorikan ke dalam empat gangguan amnesia disosiatif yaitu , fugue disosiatif , gangguan depersonalisasi , dan gangguan identitas disosiatif . Dengan memiliki empat gangguan ini , John Skillpa akhirnya memiliki kepribadian ganda .

Penulis menyarankan bahwa peneliti selanjutnya untuk menerapkan perspektif lain dalam menganalisis film , seperti pendekatan kecemasan untuk menganalisis kecemasan karakter utama dalam film tersebut

Selasa, 05 Mei 2015

Tugas Softskill Kesehatan Mental



Cinta Dan Perkawinan beserta teori-teori menurut para tokoh-tokoh psikologi


·         Cinta menurut Ahli Psikologi

Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta.

Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.

Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.

Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari dalam diri, yang tidak akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat dalam perjalanan kehidupan cintanya.

Menurut Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen (lihat tabel).
Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.

Cinta dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tipe
Komponen yang hadir
Deskripsi
Nonlove
Ketiga komponen tidak ada
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal, seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
Liking
Hanya keintiman
Ada kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)
Infatuation
Hanya gairah
Seperti pada cinta pada pandangan pertama, ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang
Empty love
Hanya komitmen
Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut)
Romantic love
Keintiman dan gairah
Hubungan yang melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
Companionate love
Keintiman dan komitmen
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri)
Fatous love
Gairah dan komitmen
Hubungan dengan komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya
Consummate love
Semua komponen
Menjadi tujuan dari hubungan cinta yang ideal

Sumber: Papalia; Olds & Feldman. (1998). Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill


Tinjauan Psikologi Sosial tentang hubungan cinta dan Komitmen dalam Perkawinan

Baron dan byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi emosi,kognisi,dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan intim.kajian psikologi tenetang fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi social,khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi social yang terkait dengan hubungan interpersonal.psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi social yang mempelajari tenteng aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan antara dua pribadi.

Pengertian Kehidupan Perkawinan -- Secara hukum, dinyatakan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal 1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.



Kehidupan Perkawinan

Pembahasan tentang kehidupan perkawinan dimulai dengan pembahasan tentang kehidupan dewasa muda sebagai masa kehidupan yang sedang dijalani oleh kebanyakan calon pasangan suami-istri. Masa dewasa muda adalah masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 – 40 tahun. Pada masa ini, keadaan fisik berada pada kondisi puncak dan kemudian menurun secara perlahan. Dalam sisi perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Olds, & Feldman, 2001; Santrok, 2002).

Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate love.

Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah passionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan, sedangkan companiate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama.



A.Faktor penyebab seseorang mencintai orang lain.

Para ahli psikologi,khususnya para ahli psikologi social,melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertaerik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi.dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain.pengetahuan psikologi social tentang kemenarikan interpersenol dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal secara lebih dan pada kesempatan berikutnya itu dapt meningkatkan kualitas hidup ( Yela,2004)
Dalam konteks ini,seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa factor:

1.  Kedekatan

Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu di sekitar wilayah hidupnya.dalam hal ini,orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama.contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam
kompleks perumahan yang sama.

2.  Kemenarikan fisik

Kemenarikan fisik dapat menjadi factor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. hal ini terutama terjadi pada pria.banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik,sedangkan wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya.

3.Kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi      (komplementer)

Seseorang menyukai atau mencintai orang lain bisa  karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain.banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai,keyakinan,sikap,dan perilaku,lebih memiliki kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia.

 4.  Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya

Seseorang mencintai orang lain yang mencintain dirinya karena apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang merasa dirinya mendapat hadian (ganjaran) karena memperoleh cinta itu.ini sesuai dengan teori kebutuhan  Abraham maslow yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin dicintai dan mencintai.apabila seseorang dicintai oleh orang lain maka seseorang akan merasa dihargai,terjadi peningkatan penilaian diri,merasa dirinya menarik ,dan merasa memperoleh penerimaan social.

 5. Keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan

Berdasarkan pada teori pertukaran social yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbale-balik maka orang akan mencintai orang lain karana orang lain itu memeberikan banyak keuntungan yang signifikan kepada dirinya.keuntungan itu dapat bersifat fisik.psikologis,material,dan sprotual.apabila matriks keuntungna timbla balik menjadi tidak seimbang maka ada kecenderungan suatu hubungan interpersonal mengalami kerengggangan dan akhirnya berhenti.dalam kehidupan sehari-hari,banyak laki-laki  memilih wanita cantik sebagai pasangannya karena merasa mendapat keuntungan berupa kebanggaan dapat bersama wanita cantik.di lain pihak wanita cantik lebih memilih laki-laki yang memiliki status social ekonomi lebih tinggi karena banyak alas an yang menguntungkan dirinya secara social dan ekonomi.

B. Tiga aspek cinta

1)    Keintiman ( intimacy)

Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada persaan kedekatan atau persaan keterhubungan di antara dua orang.perasaan-perasaan itu seperti fenomena seseorang memikirkan kesejahteraan orang lain,pemahaman timbale balik dengan orang lain,dan kemampuan berbagi (sharing) dengan orang lain.dalam keintiman,orang yang melakukan interaksi social pada siatu hubungan cinta menjadi saling memahami di antara kedua belah pihak dan terdapat fenomena kehangatan afeksi diantar kedua belah pihak ( Baumgardner & Clothers,2010)

2)   Kegairahan (passion)

Kegairahan adalah sumber pembangkitan (arousal) yang mengacu pada keterbangkitan fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat.

3)   Komitmen

Komitmen adalah suatu konstuk psikologis yang berhubungna dengan keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalm suatu hubungan.komitmen adalah keputusan rasional untuk berada dalam suatu hubungna dengan orang lain dalm jangka waktu tertentu.fenome komitmen dapat dilihat pada persaan mengagungkan suatu hubungna dan memiliki keinginan melaksanakan upaya-upaya pemeliharaan suatu hubungna (Baumgardner & Clothers,2010)komitmen dapat dibagi menjadiu dua,yaitu komitmen jangka pendek dan komitmen jangka panjang.pengertian komotmen jangka pendek terjadi apabila seseorang membuat keputusan bahwa ia mencintai orang lain.komitmen jangka panjang terjadi apabila seseorang membuat keputusan untuk memelihara cinta kepada orang itu.

C. Jenis hubungan cinta

Apabila cinta dilihat dari proses kejiwaan dan perilaku maka cinta dapat dibagi menjadi dua jenis,yaitu cinta bergairah ( passionate love) dan cinta keakraban (companionate love). Cinta bergairah memiliki cirri-ciri sebagai berikut:dalam hubungan cinta sering emosi menjadi tidak terkendali, hubungan yang sangat bersifat intens dan panas (hot),dan suasana psikologi dalam keadaan gejolak. jenis cinta ini dapat kita temui dalam keadaan jatuh cinta.seringkali aktivitas dalam jenis cinta ini kemudian mengarah pada aktivitas yang bersifat ketubuhan (seksual atau eros)
Selain itu dalam keadaan ini,pelaku cinta bergairah ini merasakan dalam dirinya kondisi psikologis ynag disebut eforia ayau kondisi kebahagiaan yang berlebihaan sehingga mengurangi control rasionalitas yang normal dalam dirinya.terjadi proses terbangkitnya (arousal) atau terangsanganya funsi-fungsi tubuh dan kejiwaan yang mengarah pada upaya pemenuhan cinta secara ketubuhan. Keadaan ini kemudian terwujud dalam gejala ketagihan ( addicted to love) untuk selalu bertemu dengan pasanganya.
Cinta keakraban memiliki cirri-ciri sebagai berikut:adanya kelekatan afeksi di antara kedua pelaku cinta,terdapatnya nilai-nilai yang berkesesuaian di antra kedua pelaku cinta,iklim hubungan yang hangat yang ditunjukan dengan perilaku saling memahami di antara  kedua belah pihak,hubungan cinta menyebabkan suasana hati yang nyaman diantara kedua belah pihak pelaku cinta.hubungan interpersonal dalam jenis ini ditunjukan melali hubungan yang bersifat akrab dan berdasarkan pada rasionalitas berpikir.jenis cinta ini termasuk jenis cinta yang terdapat di dalamnya kematangan hubungan dan kematangan interpersonal di antara kedua belah pihak.

D.Beberapa factor yang perlu diperhatikan untuk melestarikan   hubungan cinta

Dalam upaya membangun hubungan cinta yang relative lestari maka perlukan untuk mengembakan beberapa factor yang dapat membantu tujuan itu.
Kelekatan hubungan saling bergantung.kelekatan ini ditunjukan dengan adanya pemahaman timbale balik yang proposional,adanya komdisi saling member dan menerima dukungna psikologis maupun social,dan merasa nyaman pada saat berdampingan atau berinteraksi dengan pasangan.
Keseimbangan keuntungan.keseimbangan hubungan dalam cinta ditunjukan dengan suatu keadaan yang menggambarkan bahwa hasil-hasil balikan yang diperoleh oleh masing-masing pelaku cinta dari sebuah hubungan cinta dapat dinilai oleh seseorang proporsional dengan apa yang telah diberikan kepada pasngannya.penegertian proporsional tidak berarti bahwa hasil balikan harus sama dengan yang telah diberikan,tapi yang lebih penting masing-masing pihak memiliki persepsi bahwa sumbangan masing-masingh pihak dianggap telah proporsional.
Keterbukaan (self disclosure)  diantara kedua belah pihak.keterbukaan diantara  kedua belah pihak ini ditunjukan memlaui komunikasi yang intens tentang masing-masing wilayah pribadi kedua belah pihak yang sedang menjalin hubungan cinta.


E.Cinta dalam sebuah perkawinan

Umumnya apabila orang menjalin hubungan cinta maka hubungan itu kemudian bermuara pada sebiah komitmen menuju perkawinan.Bamister dan Leary menjelaskan bahwa manusia memiliki “ kebutuhan dasar untuk memiliki” dapat diwujudkan melalui kehidupan perkawinan.”kebutuhan dasar untuk memiliki”dalam kehidupan perkawinan terwujud dalam hubungan yang stabil di antara suami dan istri.
Pemenuhan kebutuhan dasra dalam sebuah kehidupan perkawinan tersebut kemudian memicu terbentuknya kebahagiaan dalam diri seseorang. Hal itu terjado karena dalam kehidupan perkawiana terdapat potensi memberikan kehadiran eksistensi pertemanan(friendship),keintiman,cinta,afeksi,dan dukungan social pada saat seseorang mengalami situasi krisis, selain itu,perkawinan juga memnberi kesempatan kepada seseorang untuk mengalami perkembangan personal (personal growh) dan perkembangan potensi baru mampu meningkatka penghargaan diri ( self esteem) dan kepuasaan diri (dalam Baumgardner & Clothers,2010).  
Perkawinan yang berhasil merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang.Baumgardner dan clothers (2010) menjelaskan bahwa keberhasilan perkawinan merupakan salah satu penyumbang penting bagi terjadinya penguatan kesehatan individu dan kebahagiaan individu.

Penelitian psikologi positif tentang perkawinan yang berbahagia oleh Lauer dan Lauer tahun 1985(dalam Baumgardner dan Clothers,2010) terhadapa pasngan yang telah menikah 15 tahun atau lebih menunjukan bahwa pertemenan(friendship) dan komitmen merupakn factor utama terjadinya perkawinan yang bahagia.dalam hal ini,pertemanan sangat erat dan mendalam menjadi alasan utama pasngan suami dan istri untuk tetatp hidup dalam ikat perkawinan.dalam penelitian ini pasangan suami dan istri yang berbahagia tersebut memberikan penjelasan bahwa pasangan mereka adalah teman terbaik bagi mereka.
Secara lebih spesifik,berdasarkan banyak penelitian di dunia barat (myers,2002),terdapat beberapa factor yang perlu di perhatikan agar cinta tetap ada dalam perkawinan dan perkawinan tetap lestari.

1.      Orang menikah dalam usia yang matang untuk hidup dalam hubungan suami dan istri.
2.      Orang mengalami tumbuh kembang di bawah pengasuhan orang tua yang lengkap.
3.      Hubungan yang cukup lama sebelum perkawinan.hal ini adanya pengenalan yang mendalam terhadap karakteristik masing-masing pihak.


Sumber:
Papalia; Olds & Feldman. (1998). Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill

Waite, L.J. & Gallagher, M. (2003). Selamat menempuh hidup baru: Manfaat perkawinan
      dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia
      Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.

Lubis, Yati Utoyo (2002, April). Aspek psikologis dari poligami: Telaah kasuistik. Makalah
      seminar.


Nama : R.Rr. Andina Ajeng Ranaputri
Kelas : 2PA15
NPM : 17513071
 ^^