Jumat, 27 Mei 2016

SOFTSKILL - Terapi Kelompok

ANGGOTA KELOMPOK

1.      Liya Sari Asri Wiyanto                                  15513018
2.      Mutiara Frasiska                                            16513235
3.      R .RR. Andina Ajeng Ranaputri                    17513071
4.     Saskia Nauval                                                18513289

TERAPI KELOMPOK

A.    Evolusi Metode Kelompok
1.      Awal 1900, Joseph Pratt melakukan kunjungan rumah dan mengadakan pertemuan antar penderita TBC.
2.      Tahun 1910, Jacob Moreno (Psikiater austrie) mengunakan teknik teater seperti role playing, untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien, dengan membawa problemnya pada setting kelompok.
3.      Tahun 1925, Moreno pindah ke USA dan mengenalkan teknik “Psikodrama”.
4.      Tahun 1930 institut Tavistovk di londong dengan dasar teori psikoanalisanya Melani Klien mengembangkan proses kelompok dalam membantu memecahkan problematika.
5.      Pada tahun 1930 , Samuel Slavson juga melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls, dan pola perilaku.
6.      Tahun 1931, Moreno mengenalkan istilah “terapi kelompok”.
7.      Tahun 1943, Slavson mengorganisaskan Asosiasi Terapi Kelompok America.
8.      Tahun 1964, Slavson menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan.

B.     Terapi Kelompok
1.      Pengertian Terapi Kelompok
Menurut Margaret E. Hartford terapi kelompok adalah metode pekerjaan sosial dengan nama pengalaman-pengalaman kelompok yang digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium praktik utama yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial, pertumbuhan atau perubahan anggota-anggota kelompok.
Menurut Harleigh B. Trecker terapi kelompok adalah suatu metode khusus yang memberikan kesempatan-kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan.
Sedangkan  Menurut Grace L. Coyle terapi kelompok memungkinkan berbagai jenis kelompok berfungsi sedemikian rupa, sehingga interaksi kelompok dan kegiatan-kegiatan program memberikan kontribusi pada pertumbuhan individu-individu  dalam pencapaian tujuan-tujuan social yang diinginkan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok adalah suatu metode praktik yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian mengenai pekerjaan sosial, pendidikan  atau pencapaian-pencapaian sosial lainnya.

C.    Konsep Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakn suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak,  dapat mendiskusikan masalah secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.

D.    Unsur-Unsur Terapi Kelompok
1.      Munculnya Gangguan
Psikoterapi kelompok menggunakan kekuatan terapeutik di dalam kelompok, interaksi konstruktif antara anggota dan intervensi dari pemimpin terlatih untuk mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaaan maladaptif dari seseorang yang secara emosional mengalami distress. Pada era yang secara finansial sangat ketat, terjadi penurunan titik berat pada psikoterapi individual dan penggunaan yang meluas pada pendekatan psikofarmakologis. Semakin banyak pasien yang dirawat dengan psikoterapi kelompok dibandingkan dengan bentuk verbal terapi lainnya.
2.      Tujuan Terapis
Menururt Hartforcd dan Alissi,  metode terapi kelompok digunakan untuk memellhara atau memperbaiki keberfungsian personal dan sosial para anggota kelompok dan beragam tujuan, yakni :
a.       Tujuan korektif
b.      Tujuan preventif
c.       Tujuan pertumbuhan sosial norma
d.      Tujuan peningkatan personal
e.        Tujuan peningkatan partisipasi dari tanggung jawab masyarakat.
Menururt Gisela Konofka, tujuan terapi kelompok adalah individualisasi, rasa memiliki (sense of belong), mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi, meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribus pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok, meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang lain, dan  mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh penerimaan.

E.     Jenis-jenis terapi kelompok
1.      Terapi Kelompok Psikoanalisa
a)      Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b)      Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok.
c)      Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu.
d)     Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight, meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e)      Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok dibedakan atas :
1)      Kelompok aksi (action group) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2)      Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu.
3)      Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.

2.      Psikodrama / Roleplay
a)      Dibuat oleh Jacob Moreno (1920), bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b)      Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c)      Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d)     Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.

3.      Analisis Transaksional
a)      Dikemukakan oleh Eric Berne (1950). Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b)      Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).

4.      Terapi Perilaku Berkelompok
a)      Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b)      Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok yaitu  systematic desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion training groups (anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).

5.      T-Group / Sensitivity Training Group
a)      Ditujukan untuk individu normal.
b)      Kelompok terdiri dari 10-15 individu.
c)      Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d)     Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman.

6.      Encounter Groups
a)      Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan.
b)      Pandangan perasaan bahagia, merasa diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama.
c)      Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. Contoh Marriage Encounte.

F.     Jenis dan Tujuan kelompok
Menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993), jenis dan tujuan kelompok adalah :
1.      Kelompok terapeutik
Bertujuan mencegah masalah kesehatan, mendidik, mengembangkan potensi, meningkatkan kualitas kelompok dengan anggota saling bantu dalam menyelesaikan masalah.


2.      Terapi kelompok
Membuat sadar diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan membuat perubahan
3.      Terapi aktivitas kelompok
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok yang dilakukan secara bertahap. Selain itu, dapat juga berupa melakukan hal yang menjadi hobinya seperti menyanyi. Saat melakukan hobi, terapis mengobservasi reaksi pasien berupa ekspresi perasaan secara nonverbal.
a)      Tujuan terapi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.
b)      Peran Terapis adalah terapis membantu, mendorong pasien secara aktif agar mencapai tujuan-tujuan dari terapi kelompok.
c)      Teknik-Teknik Terapi
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
1)      Teknik yang melibatkan para anggota.
2)      Teknik yang melibatkan pemimpin.
3)      Menggunakan babak-babak terapeutik.
4)      Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota.
5)      Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung.
6)      Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi.

G.    Karakteristik Terapi Kelompok
1.      Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis. Panjang sesi adalah 90-120 menit.
2.      Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat.
3.      Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll).
4.      Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan).

H.    Kelebihan Terapi Kelompok
1.      Individu dilihat secara pribadi dan dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga anggota menjadi lebih peka terhadap lingkungan.
2.      Anggota dapat melihat adanya masalah yang serupa di sekitar dirinya, sehingga memunculkan pemikiran "You are not alone".
3.      Adanya penerimaan dan dukungan kelompok yang pada awalnya diperlukan perasaan "kami". Anggota dapat melihat dan meniru anggota lain yang sukses dalam mengatasi masalah.
4.      Ada kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari kelompok dan ada kesempatan untuk saling membantu antar-anggota, bukan hanya dari terapis
5.      Dengan adanya berbagai macam pribadi, kepekaan pikiran dan perasaan makin terasah. Pengalaman sebagai satu keluarga dapat memperbaiki perilaku. Kesuksesan anggota menjadi harapan bagi anggota lain untuk mencapai perubahan.
Kondisi klien terapi kelompok yang tidak di rekomendasikan yaitu :
a)      Klien dalam keadaan kritis.
b)      Takut bicara pada kelompok.
c)      Sangat tidk efektif dalam keterampilan sosialisasi (pemalu,agrsif, dll).
d)     Bila konfidensial adalah hal penting.



I.       Kekurangan Terapi Kelompok
1.   Tidak semua klien cocok seperti tertutup, masalah verbal, interaksi.
2.   Peran terapis menyebar seperti menangani banyak orang sekaligus.
3.   Sulit menumbuhkan kepercayaan kurang personal.
4.   Klien sangat tergantung dan berharap terlalu banyak pada kelompok.
5.   Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih.
6.   Membutuhkan terapis terlatih.

Contoh Kasus
Untuk menganalisa pengaruh tindakan keperawatan terapi kelompok suportif terhadap Kelompok, reponden kelompok kontrol diambil dari klien DM yang dirawat inap di Bangsal. Kemampuan mengatasi perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. Sedangkan perlakuan yang didapatkan klien adalah tindakan keperawatan terapi kelompok suportif sebanyak empat sesi. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner skala novaco dari novaco, Fauziah dan Putri dengan modifikasi peneliti. Responden diseleksi dengan menggunakan kuesioner tersebut dan bila memiliki nilai total <15 maka individu memenuhi criteria untuk menjadi responden yaitu dengan skala marah sedang. Kriteria yang lain adalah Usia dewasa (18 – 55 tahun) yang mampu mengisi data-data yang diberikan, bisa membaca dan menulis, klien yang sudah dirawat selama 2 minggu di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diagnosa keperawatan perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan), jenis obat yang di minum pasien yaitu CPZ, HP dan THP (berdasarkan catatan keperawatan), klien yang sudah mendapatkan TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan (berdasarkan catatan keperawatan). Klien yang mengalami tingkat kemarahan sedang berdasarkan hasil screening emosi marah. Analisis statistik yang dipergunakan yaitu univariat dan bivariat dengan analisis korelasi pearson dan dependent-sample t-test serta Anova dengan tampilan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

Hasil dari contoh kasus
Hasil pada penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 29,33 tahun dan frekuensi dirawat adalah selama 2,6 kali. 57, 1% responden berjenis kelamin laki-laki, 16,9% bekerja sebagai buruh, 50% berpendidikan menengah (SMP), dan 54,8% responden berstatus tidak kawin. Uji karakteristik responden menunjukkan bahwa pada 5% tidak ada perbedaan yang signifikan karakteristik responden. Tabel 1 nilai pre test kemampuan kognitif sebesar 18,93, untuk nilai kemampuan perilaku sebesar 51,90, sedangkan untuk nilai kemampuan sosial sebesar 22,83. Setelah dilakukan terapi kelompok supportif kemampuan mengatasi perilaku kekerasan mengalami peningkatan skor perbedaan dilihat setelah diberikan terapi suportif dengan kemampuan kognitif, kemampuan perilaku dan kemampuan sosial peningkatan dengan nilai pada 5% (p value > 0,000) pada tabel 4 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan mengatasi perilaku kekerasan dengan permberian terapi kelompok suportif.
Hasil screening menunjukkan bahwa kebanyakan klien berada pada tingkat emosi sedang dan beberapa yang mengalami emosi kurang dan buruk dilaporkan kebagian keperawatan untuk ditindaklanjuti. Kondisi ini perlu ditangani, salah satunya dengan memberikan terapi kelompok suportif bagi klien perilaku kekerasan. Pemberian terapi kelompok suportif berdampak respon perilaku yang cukup besar. Terapi kelompok suportif merupakan salah satu jenis terapi kelompok untuk merubah perilaku, perubahan perilaku dilatih melalui tahapan-tahapan tertentu sehingga perubahan perilaku yang diharapkan akan lebih mudah dilakukan klien. Gambaran perilaku yang akan dipelajari, memperlajari perilaku baru melalui petunjuk dan demonstrasi, role play yaitu mempraktekkan perilaku baru dengan memberikan umpan balik dan mengaplikasikan perilaku baru dalam situasi nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Harsen (1997) menyatakan bahwa perubahan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan teknik asertif.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemberian terapi generalis dan terapi kelompok suportif menurunkan respon perilaku lebih besar daripada hanya dengan terapi generalis saja.





Daftar Pustaka

Ahmad, T. (2011, 06 20). Makalah Terapi Kelompok. Dipetik 05 20, 2014, dari Katulumbu: http://katumbu.blogspot.com/2012/06/makalah-terapi-kelompok.html
Hapsah., Hamid, A., & Susanti, H. (2011). Peningkatan Generatvitas Melalui Terapi Kelompok pada Perempuan Paruh Baya. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Hartford, M.E.coyle, G.L.(2009) Social process in the community and the group: significant areas of content in a social work curriculum.cornell university: council on social work education
Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
Semiun,yustinus.(2006) kesehatan mental 3.yogyakarta: kanisius
Trecker,H.B.(2008) Social work administration.university of California: association press.
.http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/38/jbptunpaspp-gdl-edisuharto-1871-2-pekerjaa-2.pdf

https://www.academia.edu/8815830/PROPOSAL_TERAPI_AKTIVITAS_KELOMPOK