REVIEW FILM PEACOCK
Peacock adalah sebuah
kota, dimana tinggal John Skillpa(Cillian Murphy) seorang pegawai bank yang
punya masalah psikologis akibat kekerasan yang dialaminya di masa kecil.
Perilakunya sedemikian aneh sehingga tidak perlu jenius men-judge John adalah
psychotic, tapi masyarakat Peacock seolah tidak menyadari hal ini dan
menganggap John senormal matahari yang terbit dari arah timur. John tinggal
sendirian dirumahnya yang seolah hanya pernah dikunjungi oleh dirinya sendiri.
Disinilah ia menyimpan rahasianya, bahwa sejak kematian ibunya, ia memiliki
alter-ego, seorang wanita bernama Emma(Cillian Murphy pake wig, lipstik, dress)
yang bertindak sebagai “istri” John.
Konflik dimulai ketika
terjadi kecelakaan kereta di halaman belakang rumah Skillpa. Ketika itu Emma
sedang muncul sebagai personaliti yang dominan dan kecelakaan tersebut
membuatnya muncul didepan publik Peacock. Emma yang sedang menjemur pakaian
untungnya tidak terluka. Tapi hal itu membuat penduduk kota menyadari
keberadaan Emma. Mau gak mau dia harus banyak bersosialisasi. Emma yang lebih kalem dan stabil dibandingkan
John kemudian bertemu dengan Fanny Crill(Susan Sarandon) dan Ray Crill(Keith
Carradine). Mereka ingin menggunakan insiden ini untuk kepentingan politik,
Emma menerimanya, sedangkan si pribadi yang satu lagi, John, menolak.
Dari sini mulai muncul
pertanyaan, mengapa dari sekian banyak warga, tidak ada seorang pun yang
menyadari bahwa Emma dan John adalah orang yang sama? Bahkan ditambah dengan
kenyataan bahwa jelas-jelas Emma dan John tidak pernah muncul bersamaan. Memang akting Cillian Murphy benar-benar
mempesona sebagai dua personaliti yang bertolak, tapi penonton tau bahwa
sebenarnya Emma dan John adalah orang yang sama, sehingga tidak aneh kalo hal
ini menjadi pertanyaan yang muncul pertama kali di benak mereka. Seharusnya
Michael Lander sebagai sutradara dan penulis naskah lebih memperhatikan hal ini.
Peacock bukan film fantasi yang mendorong penonton untuk sedikit
mengesampingkan logika, ini film yang seharusnya realistik. Tidaklah adil
menyuruh penonton untuk berpurapura tidak melihat apa yang mereka lihat,
menganggap apa yang terjadi itu wajar. Mungkin akan lebih fair jika mungkin ada
warga yang curiga terhadap keanehan ‘keluarga’ Skillpa, ketika hal ini
sekaligus dapat memperdalam konflik dalam diri John maupun Emma.
Kemudian datang
Maggie(Ellen Page), dan anaknya Jake yang ternyata adalah anak dari John. Ya,
mereka memiliki affair di masa lalu. Hubungan mereka tidak pernah diketahui
karena Maggie selama ini hilang dari hidup John. Maggie tinggal bersama Jake
dan hidup lewat uang yang dikirimkan oleh ibu John. Karena sang ibu kini telah
meninggal, Maggie datang kepada John, meminta uang untuk biaya anaknya. Ia
bertemu dengan Emma yang ternyata tidak tahu tentang hal ini. Emma dan John
kemudian saling bertentangan, Emma ingin Maggie bekerja dan memiliki hidup yang
lebih pantas di Peacock sedangkan John ingin Maggie pergi jauh dari hidupnya.
Muncul pertanyaan lagi,
apa motivasi dibalik tindakan-tindakan yang mereka lakukan? Mengapa tiba-tiba
mereka saling bertentangan, bahkan pada akhirnya mereka saling berebut untuk
menjadi kepribadian yg dominan? Penonton dibuat tertarik, penasaran, dan
memperhatikan detil-detil cerita hingga akhir. Tetapi ending film ini tidak
juga menjelaskan apa yang terjadi sehingga penonton bebas menjawab
pertanyaannya.
TEORI FILM PEACOCK :
Menurut Teori
Psikoanalisa oleh Sigmund Freud, trauma pada masa kanak-kanak adalah kejadian
paling berpeluang mengakibatkan gangguan kepribadian seseorang. Pada masa
kanak-kanak itulah kepribadian mulai berkembang dan terbentuk. Saat terjadi
pengalaman buruk, pengalaman-pengalaman tersebut sebisa mungkin akan di tekan
(repress) ke dalam alam bawah sadar.
Namun ada beberapa kejadian yang
benar-benar tidak bisa ditangani oleh penderita, sehingga memaksanya untuk
menciptakan sosok pribadi lainnya yang mampu menghadapi situasi itu. Hal ini
merupakan mekanisme pertahanan diri, suatu sistem yang terbentuk saat seseorang
tidak bisa menghadapi sebuah kecemasan yang luar biasa.
Kepribadian-kepribadian baru akan terus muncul apabila terjadi lagi suatu peristiwa
yang tidak bisa teratasi. Munculnya kepribadian-kepribadian itu tergantung pada
situasi yang dihadapi. Kepribadian aslinya cenderung tidak mengetahui
keberadaan kepribadian lainnya, karena memang hal itu yang diinginkan, yaitu
melupakan hal-hal yang telah diambil alih oleh kepribadian lainnya
Gangguan disosiatif
pada umumnya mengacu pada gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami
kesulitan dalam bergaul dengan orang lain , karena ia memiliki kepribadian
ganda. Seseorang yang tinggal dengan fenomena gangguan disosiatif ditemukan di
Merak film .
Hasil dari tesis
menunjukkan bahwa karakter utama dari film , John Skillpa menderita gangguan
mental .
Jenis gangguan mental yang diderita oleh John Skillpa adalah gangguan
disosiatif.
Gangguan disosiatif dapat dikategorikan ke dalam empat gangguan
amnesia disosiatif yaitu , fugue disosiatif , gangguan depersonalisasi , dan
gangguan identitas disosiatif . Dengan memiliki empat gangguan ini , John
Skillpa akhirnya memiliki kepribadian ganda .
Penulis menyarankan
bahwa peneliti selanjutnya untuk menerapkan perspektif lain dalam menganalisis
film , seperti pendekatan kecemasan untuk menganalisis kecemasan karakter utama
dalam film tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar